prastasti kerajaan seriwijaya
Prasasti Ligor di ThailandPrasasti Kanton di Kanton
Prasasti Siwagraha
Prasasti Nalanda di India
Piagam Leiden di India
Prasasti Tanjor
Piagam Grahi
Prasasti Padang Roco
Prasasti Srilangka
Sumber berita Tiongkok :
Kronik dari Dinasti Tang
Kronik Dinasti Sung
Kronik Dinasti Ming
Kronik Perjalanan I Tsing
Kronik Chu-fan-chi oleh Chau Ju-kua
Kronik Tao Chih Lio oleh Wang Ta Yan
Kronik Ling-wai Tai-ta oleh Chou Ku Fei
Kronik Ying-yai Sheng-lan oleh Ma Huan
Prasasti berbahasa Melayu Kuna
Prasasti Kedukan Bukit tanggal 16 Juni 682 Masehi di Palembang
Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Talang Tuo tanggal 23 Maret 684 Masehi di Palembang
Prasasti Talang Tuo
Prasasti Telaga Batu abad ke-7 Masehi di Palembang
Prasasti Telaga Batu
Prasasti Palas Pasemah abad ke-7 Masehi di Lampung Selatan
Prasasti Karang Brahi abad ke-7 Masehi di Jambi
Prasasti Karang Brahi
Prasasti Kota Kapur tanggal 28 Februari 686 Masehi di P. Bangka
Prasasti Kota Kapur
Prasasti Sojomerto abad ke-7 Masehi di Pekalongan - Jawa Tengah
1. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor
merupakan prasasti yang terdapat di Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat,
selatan Thailand). Prasasti ini merupakan pahatan ditulis pada dua sisi, bagian
pertama disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang
Sa sedangkan di bagian lainnya disebut dengan prasasti Ligor B.
Isi:
Dari manuskrip Ligor A
ini berisikan berita tentang raja Sriwijaya, raja dari segala raja yang ada di
dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara.[2] Sedangkan dari
manuskrip Ligor B berangka tahun 775, berisikan berita tentang nama Visnu yang
bergelar Sri Maharaja, dari keluarga Śailendravamśa serta
dijuluki dengan Śesavvārimadavimathana (pembunuh musuh-musuh yang
sombong tidak bersisa).
2. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas
Pasemah, prasasti pada batu, ditemukan di Palas Pasemah, di tepi Way (Sungai)
Pisang, Lampung. Ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuna sebanyak
13 baris. Meskipun tidak berangka tahun, namun dari bentuk aksaranya
diperkirakan prasasti itu berasal dari akhir abad ke-7 Masehi.
Isi:
Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang
yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.
3. Prasasti Leiden
Prasasti Leiden
merupakan manuskrip yang ditulis pada lempengan tembaga berangka tahun 1005
yang terdiri dari bahasa Sanskerta dan bahasa Tamil. Prasasti ini dinamakan
sesuai dengan tempat berada sekarang yaitu pada KITLV Leiden, Belanda.
Isi:
Prasasti ini
memperlihatkan hubungan antara dinasti Sailendra dari Sriwijaya dengan dinasti
Chola dari Tamil, selatan India.
4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini ditemukan
di pesisir barat Pulau Bangka. Prasasti ini dinamakan menurut tempat
penemuannya yaitu sebuah dusun kecil yang bernama "Kotakapur".
Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa
Melayu Kuna, serta merupakan salah satu dokumen tertulis tertua berbahasa
Melayu. Prasasti ini ditemukan oleh J.K. van der Meulen pada bulan Desember
1892.
Isi:
Prasasti Kota Kapur
adalah salah satu dari lima buah batu prasasti kutukan yang dibuat oleh Dapunta
Hiyaŋ, seorang
penguasa dari Kadātuan Śrīwijaya.
5. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit
ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan
Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang,Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang
yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 ×
80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti
ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia
Isi:
Menyatakan bahwa
Dapunta Hyang mengada- kan perjalanan suci (sidhayarta) dengan perahu dan
membawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan
beberapa daerah.
6. Prasasti Hujung Langit
Prasasti Hujung
Langit, yang dikenal juga dengan nama Prasasti Bawang, adalah sebuah prasasti
batu yang ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung, Indonesia. Aksara yang
digunakan di prasasti ini adalah Pallawa dengan bahasa Melayu Kuna. Tulisan
pada prasasti ini sudah sangat aus, namun masih teridentifikasi angka tahunnya
919 Saka atau 997 Masehi.
Isi:
Isi prasasti diperkirakan merupakan
pemberian tanah sima.
7. Prasasti Talang Tuwo
Prasasti Talang Tuwo
ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (residen Palembang kontemporer) pada
tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang,
Isi:
Isi prasasti Talang
Tuo adalah berupa doa-doa dedikasi, dimana hingga kini, doa-doa demikian masih
dijalankan dan diyakini. Prasasti ini memperkuat bahwa terdapat pengaruh yang
kuat dari cara pandang Mahayana pada masa tersebut, dengan ditemukannya
kata-kata seperti bodhicitta, mahasattva, vajrasarira,
danannuttarabhisamyaksamvodhi, dimana istilah-istilah bahasa Sanskerta tersebut
memang digunakan secara umum dalam ajaran Mahayana.
8. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu 1
ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3
Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935.
Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar
lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi
tentang keberadaan suatu vihara di sekitar prasasti. Pada tahun-tahun
sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama
dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum
Nasional, Jakarta.
Isi:
Isinya tentang kutukan
terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak
taat kepada perintah dātu. Casparis
berpendapat bahwa orang-orang yang disebut pada prasasti ini merupakan
orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi untuk melawan kepada
kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.
9. Prasasti Karang Birahi
Prasasti Karang Brahi adalah
sebuah prasasti dari zaman kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada tahun 1904
oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin. Prasasti ini terletak
pada Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten
Merangin, Jambi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar